Bloggreeting

Bloggreeting!
Bloggreeting!

^o^

It sounds like birds around a tree.

Welcome to this blog!
Keep writing, keep believing! :)

PS: If you're suddenly feel dizzy or bored, it means I'm awesome. If you aren't, I'm more than it.

I'm real

My photo
Yogyakarta, Indonesia
One of chubbies. One of dwarfs.

Words I wanna die for

Why do you think life is happier than death? - Hashimoto, Silk

March 13, 2011

MIDTerm IS Coming

Apa ada hal di dunia ini yang lebih buruk dari ujian?!
Banyak! Banyak banget!

Ya, tapi buat seorang pelajar kota jogjakarta yang pendek baik hati dan biasa-biasa saja kayak aku, ujian itu momen paling gawat, yang bisa bikin uang tabunganku ludes buat beli pensil 2B yang hobinya ngilang tepat sebelum ujian.

Yang bikin nyesek yaitu, hari minggu (baca:detik-detik) sebelum hari senin (baca:kiamat) aku pasti bingung mau ngapain. Mau dipuas-puasin libur; online, ngemil, nggelinding keliling RW, tapi nanti nggak ada persiapan buat hari senin (baca:kiamat) besok. Mau belajar mati-matian, tanpa makan minum 4 menit, tapi nanti stress. Dan kita tau apa yang bakal terjadi kalo kita kebanyakan belajar; resiko nge-blank pun datang! *GLEDEK JEGLERR*

------------- the number you're calling is temporary disconnected---------


 Punch..punch...

Temen-temen, nge-blank itu lebih dari sekedar galau di malem minggu! Bencana itu datang tanpa peringatan, datang tak dijemput pulang tak diantar, dan yang paling buruk: nge-blank bisa menimpa SIAPA SAJA. Dari anak culun yang kena asma setiap kesenggol orang sampe brandalz-brandalz yang bahkan nggak punya hal yang bisa di-blank-in; pikiran mereka udah kosong=blank.

Harapan yang paling tepat yaitu: 'semoga soal-soal yang keluar itu yang jawabannya kita inget'
Sebenernya kita tau jawabannya tapi nggak inget, matilah kita.

So, do'akan aku biar mid semester ini berjalan lancar, dan aku pingin hasilnya memuaskan.

----------------------------------------------

No need to worry: If you want to change, you will.

March 11, 2011

Make Over?

Hey semua! Apa kabar?

Sekarang aku ingin ngebahas soal make over, alias pembetulan lewat operasi, dukun, make up, apalah yang bisa bikin seseorang lebih beda —secara fisik?—dari sebelumnya.

Menurut kalian, seberapa jelek diri kalian sampai butuh make over segala? Meskipun orang-orang jaman sekarang gampang mengatakan 'cantik' ke orang lain, tapi PASTI itu ngomentarin wajahnya kan? Kata 'cantik' yang not physically itu nggak semudah itu dikasih-kasih ke orang lain. Karena untuk mengenal seseorang dari hatinya itu lebih susah daripada sekilas lihat wajahnya.

Well, semua itu mungkin.Sekarang ini banyak acara-acara make over di tv, atau acara off air, yang tujuannya bikin seseorang itu lebih pe-de sama penampilannya. Banyak juga tips-tips buat make over sendiri, dengan biaya terbatas dan resiko nyaris nggak ada.

Artis-artis berduit yang belum merasa dirinya cukup sempurna, bisa saja ngeluarin 1/180 dari seluruh hartanya untuk make over, dalam bahasan ini yaitu operasi plastik (plastic surgery)


Anak mana sih yang nggak kenal istilah operasi plastik? Yeah, udah umum banget dan dikenal lumayan luas, meskipun nggak semua orang tau gimana prosedurnya, biayanya, dan resikonya... ow ow...
Hasil-hasil mengagumkan yang dipajang itu adalah beberapa dari banyak orang yang ngelakuin operasi plastik, dan BERHASIL. Sedangkan hasil-hasil mengerikan yang juga dipajang itu adalah orang-orang yang ada di sisi TIDAK BERHASIL.
Michael Jackson...ah, benar-benar sayang. King of Pop kayak dia, yang udah punya suara bagus, uang banyak, penggemar-penggemar fanatik, rumah besar, masa depan gemilang, ngerubah wajahnya lewat operasi plastik. Dan kita bisa liat sendiri kan hasilnya, sama sekali nggak cocok. Lebih enak dilihat waktu dia masih berkulit hitam, nggak mancung, dan keriting. Setelah operasi pun dia sering pake kacamata, dan keliatang nggak pe-de. Padahal tujuan operasi ini kan biar tambah pe-de kan?
Selain dia (baca: Michael Jackson) masih banyak bejibun orang-orang yang bisa kita liat before after nya.

Gimana dengan masalah make over? Membuat seseorang jadi berbeda itu susah lho. Nggak mungkin tiba-tiba, karena perubahan itu pasti bertahap, sedikit demi sedikit. Temen-temen kita juga nggak mau liat kita yang sekarang kayak gini, besoknya udah 270 derajat berbeda.
Make over boleh aja dong. Nggak ada yang melarang kita bikin diri sendiri jadi pe-de. Tapi, make over itu bukan secara fisik aja lho. Segala hal yang ada dalam diri kita, itu pemberian dari yang nyiptain kita. Masalah kita suka atau nggak, emang perlu diperhatiin? Kalau kita nggak suka wajah kita yang sekarang, apa kita bisa protes sama pencipta kita terus minta ganti sama wajahnya Emma Watson?

Oh guys, yang perlu kita lakuin bukannya menyesali fisik kita yang memang adanya begini. Tapi kita bisa kembangkan hal lain yang kita punya, yang nanti akan bikin orang nggak memperduliin fisik kita lagi. Mana cewek yang nggak suka kalo dibilang cantik? Kita syukuri aja apa yang udah diberi sama Sang Pencipta dan jangan duduk termenung sampe lumutan nunggu kapan keajaiban datang; tiba-tiba kita kecelakaan terus harus operasi plastik di bagian wajah karena luka parah, terus wajah kita berubah jadi cantik, abrakadabra banget.


So, make over lah diri kita untuk jadi pribadi yang lebih baik lagi. Dan apapun kelebihan yang kita miliki entah itu dari wajah, fisik, bakat, kerja keras, apapun yang bisa kita banggakan, percayalah bahwa kita punya itu, dan Tuhan punya pertimbangan yang jauh di atas level kita, kesimpulan yang nggak akan bisa kita jangkau, yang membuat kita menjadi diri kita yang sekarang ini.
  

March 4, 2011

Just Made A DeviantArt Account

Hey guys how are you doing?

A good news, I've made a deviantart account yesterday! :D
I wish it could make a network with people in the world who can help me to grow my drawing skill.
Because there are so many artists, illustrators, journalists, cute goddesses I want to meet. People like Indonesian mangaka; Galang Tirtakusuma, Fachreza Octavio, and others.
One of my foolish dreams is become a mangaka, make my own comic. So, I think deviantart can help me to take my dream into reality.
Wait for the next generation mangaka, okay!

February 25, 2011

I haven't already back

Udah lama nggak nulis blog *suara geledek* mungkin karena akunya yang nggak niat, bikin blog cuma buat iseng, atau nggak bakat nulis -__________- ahay ketauan deh...

Di masa-masa kritis kayak gini; ulangan numpuk, PR bejibun banyaknya, tugas belum kelar, berat badan naik dan sebagainya, nggak ada waktu yang cukup buat nyalain laptop, nyambungin modem, buka blog terus nulis postingan. Apalagi kalo udah connect to the Internet pasti tergoda buat buka Twitter buat nulis status, nyari gambar-gambar keren di deviantart, download lagu di 4shared, ke Yahoo Mail buat nge-check e-mail... dan pasti bakalan duduk di depan dunia maya minimal 1 jam-an. Ealah remaja sekarang emang begitu ya *cari alesan*

Dan sayangnya aku sama sekali nggak punya ide mau nulis apa. Cerita = kehabisan stok, curhat = privasi dong, pengalaman = nggak ada yang menarik, berita aktual = mana mungkin, ilmu pengetahuan = kapan-kapan aja deh... nah, jadi pikiran untuk berhenti ngeblog istirahat sebentar dari blog makin menjadi-jadi. Akhirnya udah berapa minggu dibiarin, blog sampe lumutan nunggu dibuka terus, sedangkan bloggernya malah asyik baca My Sister's Keeper. Gila, aku ketinggalan zaman banget nggak sih? Masa bodoh yang penting baca buku :)

Pokoknya selamat ngeblog bagi super blogger yang tetap aktif nulis blog, jangan mencontoh orang seperti saya, ya!

See you in my next post!

January 5, 2011

Jaring-jaring Ayah 5 (Selesai)

        "Ayah!" Teriakku dari dalam mobil.
Aku tahu dia tidak bisa mendengarku, tetapi Aku masih peduli padanya. Mobil yang kutumpangi tidak berhenti, terus melaju menyalip mobil di depan.
        "Pak Narto! Itu Ayah!" Aku menepuk pundak Pak Narto yang duduk di kursi supir.
Mobil terus melaju, bahkan semakin cepat.
        "Pak?" Aku mencondongkan badanku ke depan.
"Sudah kubilang..." ucap Lea pelan.
        "Lea, diam!" Bentak Pak Narto.
"Ayah di sana!" Aku ikut membentak.
        "Reno, diam!" Baru sekali ini kudengar Pak Narto membentakku.
Aku mengerutkan alis dan menyandarkan punggungku. Aku belum pernah merasakan suasana sejanggal ini. Beberapa detik kemudian terlewat dengan diam.
        "Reno," maaf," kata Pak Narto.
"Pak Narto sengaja?!"
        "Dengarkan dulu,"
"Berhenti, Aku mau keluar!"
        "Ini jalan tol, sekarang dengarkan..."
"Berhenti atau kuberhentikan sendiri!"
        Pak Narto memberhentikan mobil, kendaraan lain yang lewat spontan membunyikan klakson dan meneriaki kami. Aku mengambil semua barang yang berceceran di sekitarku dan memasukkannya ke dalam tas ransel. Aku menarik tangan Lea dan mengajaknya keluar. Tanpa menengok belakang, Aku berjalan lurus ke tempat Ayah kecelakaan tadi. Lea berjalan di belakangku, ia kadang-kadang menarik seragam atau tasku, menyuruhku agar tidak berjalan terlalu cepat.
        Kami berdua menangis di sepanjang jalan. Aku bisa melihat dari jauh, mobil Ayah yang penyok, mobil-mobil yang menabraknya, dan sedikitnya dua mobil ambulans. Tapi Aku tidak kuat berlari, Lea juga. Saat sudah dekat dengan tempat kecelakaan, Lea tersandung dan jatuh. Dia tidak mengatakan apa-apa, hanya menangis seperti yang ia lakukan sejak di mobil tadi. Aku juga tidak membantunya berdiri, kuyakin Lea tidak ingin berdiri. Aku lalu duduk di pembatas jalan di sampingnya, dan menangis bersamanya.

                                                                    ***

      "Ya, terima kasih," kata Pak Narto pada seorang perawat.
      Aku mengutak-atik hand phone-ku yang akhirnya bisa menyala, meskipun tidak untuk waktu lama. Sigit mengirim banyak sekali pesan, yang isinya menanyakan keadaanku, dia tampak khawatir. Aku belum bisa menjawab, karena di depanku sekarang ada Ayah yang tergeletak dalam keadaan koma, di sampingku ada Lea yang tertidur karena lelah, dan di lorong itu ada Pak Narto yang sedang mengurus suatu hal. 
      "Reno, semua yang diperlukan Saya taruh di meja ya," kata Pak Narto.
Aku hanya mengusap mata dan mengutak-atik hand phone lagi. Pak Narto lalu meletakkan sebuah map, sekantong kresek berwarna hitam dan dua kantong kresek berwarna putih, juga kunci mobil Ayah di meja tinggi di sebelah tempat Ayah berbaring.
       "Saya pulang dulu," Pak Narto cepat-cepat pamit dan pergi dari ruangan.

       Aku kaget saat tas Lea jatuh ke lantai dan membuat bunyi keras. Beberapa buku dan kertas berserakan. Aku melihat Lea masih tertidur, matanya sembap karena terus-terusan menangis. Aku bangun dari kursi dan membereskan kertas-kertas itu. Ada hasil ulangan Lea yang selalu menjadi nilai paling bagus di kelas, buku geografi yang tersampul rapi, sebuah pin lucu dengan gambar kelinci, dan surat undangan pertemuan wali murid.
       
Kepada Orangtua/ Wali murid: Leana Farda O.
Bapak Narto Kusuma  

Aku belum pernah melihat orangtua Lea, apa karena Aku tidak akrab dengannya selama ini? Tapi toh Aku akan bertemu dengan bapaknya juga nanti. Aku sudah berjanji akan membantunya. Apapun yang dilakukan Ayahku pada bapak Lea, Aku akan meminta maaf atas nama Ayah, dan mengurus semuanya.
        Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar yang terbuka sedikit. Aku membukanya dan menanyakan apa keperluannya.
        "Iya, permisi, Mas. Kunci mobil bapak yang dirawat di sini ketinggalan, tadi Saya disuruh orang di ambulan ke sini,"
        Kunci mobil Ayah? Bukannya sudah ditaruh Pak Narto di meja itu? Terlintas sesuatu di pikiranku yang membuatku cepat-cepat melihat surat undangan milik Lea yang masih kupegang, lalu lari ke meja tadi mengambil kunci mobil yang ada di situ. Aku melihat simbol di kuncinya, dan, ya, itu bukan kunci mobil Benz milik Ayah, tapi itu kunci mobil yang selalu dikendarai Pak Narto untuk mengantar, menjemput, dan belum lama tadi menabrak mobil Ayahku sendiri sampai Ayah jatuh koma. Tapi mengapa Pak Narto meninggalkan kunci mobil di sini? Tadi dia sudah pamit pulang, seharusnya...
        "Waaaa! Ada orang jatooh!" 
Teriakan seseorang dari kamar sebelah membuatku dan orang yang mengantar kunci tadi buru-buru ke jendela, menengok ke luar dan melihat seorang lelaki terkapar di bawah sana. 
        "Masya Allah, beneran! Orang beneran!" Teriak orang itu, ia lalu menyerahkan kunci mobil Ayah dan langsung lari ke lantai bawah.
         Ini lantai 4, tapi masih bisa terlihat bagaimana ciri-ciri laki-laki itu, laki-laki yang kutemui sejak 5 tahun yang lalu, yang sampai saat terakhir masih sopan berbicara denganku, yang sampai semenit lalu masih ingin kubunuh. 
        Aku membuat surat undangan tadi kusut, hampir sobek, malah. Lea terbangun, ia melepas kacamatanya dan bertanya,
        "Ada apa rame-rame?"
        Aku tersenyum padanya, dan mengatakan tidak ada apa-apa. Aku lalu mencoba tenang, duduk di sampingnya dan mulai mengobrol dengannya. Kami membicarakan banyak hal, dari sekolah sampai pengalamannya pindah rumah 3 kali. Aku tidak akan membiarkannya bicara tentang bapaknya, yang tanpa Lea sadari sekarang dirubung banyak orang karena baru saja menjatuhkan diri dari lantai atas sebuah rumah sakit.

                                                                        Selesai


Walkie Talkie