Bloggreeting

Bloggreeting!
Bloggreeting!

^o^

It sounds like birds around a tree.

Welcome to this blog!
Keep writing, keep believing! :)

PS: If you're suddenly feel dizzy or bored, it means I'm awesome. If you aren't, I'm more than it.

I'm real

My photo
Yogyakarta, Indonesia
One of chubbies. One of dwarfs.

Words I wanna die for

Why do you think life is happier than death? - Hashimoto, Silk

December 27, 2010

Jaring-jaring Ayah 3

          "Ngapain Kamu di mobilku?" Tanyaku langsung.
Lea terdiam seperti biasa. Aku mengusap dahiku, betapa melelahkannya hari ini.
          "Reno udah kenal Leana kan pastinya," kata Pak Narto tiba-tiba.
          "...Iya," Aku tidak ingin bertanya lebih lanjut.
Mobil berhenti di parkiran sebuah restoran kecil, Aku keluar dari mobil dengan gelisah, kurasa Lea mengawasiku, kepalanya tidak berhenti tertunduk, tapi Aku curiga sifatnya yang sebenarnya tidak sepolos yang terlihat.
          "Bapak udah nunggu di dalam restoran," Pak Narto mempersilakan Aku berjalan duluan.
Sudah kuduga, orang terkutuk itu lagi yang merencanakan semua ini. Dan, apa hubungannya dengan Lea?
          Ayah duduk sambil memandangku dari jauh, postur tegapnya seakan menunjukkan betapa berkuasanya dia di hadapanku sekarang. Aku duduk,diikuti Lea, dan Pak Narto duduk di samping Ayah.

beberapa menit kemudian...

          "Reno, Kamu sudah kenal..."
          "Iya." Tukasku.
Ayah melipat jari-jari tangannya, berdehem satu kali, dan melanjutkan.
          "Sungguh?"
"Ngapain Aku pura-pura?" Aku menggerutu lalu meneguk es lemon pesananku.
          "Tahu kan, dia anak paling pintar di kelasmu?"
"Tau."
          "Dia ranking satu terus."
"Tau."
          "Dia yang bilang ke Ayah kalau Kamu nyontek kemarin."
"Ta...." Aku mengerutkan alis.
Aku langsung melihat Lea yang duduk di sampingku. Kali ini dia membalas tatapanku. Matanya berkaca-kaca, semakin terlihat seberapa tingkat ketidakberdayaannya.
          "Maumu apa?!" Aku bertanya kepada Lea.
          "Mau Ayahmu apa?!" Dia balik bertanya sambil menangis.
Reaksi yang tidak pernah kuperkirakan sebelumnya, ini pertama kali Lea membalas pertanyaanku.
          "Antar Leana pulang," suruh Ayahku.
Pak Narto mengajak Lea ke mobil,
          "Apa sih?" Aku berdiri, bermaksud mengikuti Lea.
          "Siapa yang menyuruhmu ikut Pak Narto?" Ayah memotong tindakanku.
Aku duduk kembali. Aku berpikir, mengapa Lea menyebut-nyebut Ayah?
          "Ayah Leana kurang menyenangkan," kata Ayah.
"Ayah mengancam Lea?"
          "Orang miskin sangat merepotkan belakangan ini. Teman Ayah cerita..."
Aku menumpahkan cangkir berisi kopi ke jas Ayah. Ekspresinya tetap datar. Aku melihat Lea masih berdiri di depan mobil, Pak Narto sedang menghiburnya.
          "Aku pulang sekarang," pamitku.
Aku berlari keluar restoran, lalu ke tempat Lea dan Pak Narto.
          "Sorry," Aku berhasil menghampiri Lea.
"...tolong Bapakku," Lea menangis lagi, kasihan Pak Narto yang susah payah menghiburnya.
          "Janji." Kataku.
Aku melihat Ayah dibalik kaca restoran. Di tempat duduk tadi, sambil sibuk mengambil tisu, dia memesan minuman lagi. Ia lalu membalas tatapanku, dan tersenyum.
          "Janji." Aku mengulang janjiku sekali lagi, meyakinkan Lea bahwa Aku bisa menepatinya.

--------------------------------- to be continued ---------------------------------

1 comment:

  1. bagus sekali saya suka :DD tapi kok to be continued lagi to? harusnya yg bnyk hihihi #apadeh. buat P-E-N-A-S-A-R-A-N nih kamu ahahah

    ReplyDelete

Walkie Talkie